Kenapa Saya Latihan 5 Beladiri dalam Seminggu

Kenapa Saya Latihan 5 Beladiri dalam Seminggu

Bagi budak korporat kayak saya, apalagi yang kerjanya mostly remote dan berjam-jam duduk, olahraga udah jadi mandatory banget supaya gak jadi jompo duluan dan pikiran tetap waras. Dari sekian banyak olahraga yang lagi hype, seperti lari, gym, bahkan padel. Saya memilih untuk olahraga beladiri. Gak cuma satu, tapi LIMA beladiri sekaligus dalam satu minggu. Banyak banget! Gak capek?

Di artikel ini saya bakal cerita seputar olahraga yang biasa saya tekuni, background beladiri saya sebelumnya lengkap dengan testimoni serta pandangan pribadi terhadap beladiri terkait, hingga penjabaran dari masing-masing 5 beladiri yang sedang saya latih saat ini plus cuplikan video latihan saya. Stay tuned!

Motivasi

Seperti yang sudah saya ceritakan sekilas di halaman About blog saya, saya adalah orang yang hobinya olahraga, terutama Gym, yang saya lakukan secara rutin 3-4 kali dalam kurun waktu 3 tahun ke belakang. Sebenernya gak cuma gym, saya kadang-kadang rutin juga lari di GBK sepulang kerja bersama rekan-rekan kantor. Cuma, makin lama saya makin bosan dengan rutinitas gym dan lari yang setiap kali latihan ya polanya gitu-gitu aja. Milestone yang terus dicapai ya peningkatan massa otot melalui berat angkatan untuk nge-gym, serta kenceng-kencengan pace dan jauh-jauhan jarak untuk lari (no offense para gymbros dan runners, saya bagian dari kalian juga kok dan masih sesekali nge-gym dan lari 🙏). Lagipula, kedua cabor (cabang olahraga) tersebut menurut saya bisa banget dilatih sendiri tanpa coach, gak seperti beladiri yang mesti ada coach dan partner latihan/sparring. Jadi, saya memutuskan untuk eksplor cabor lain yang pengen banget saya eksplor dari lama, yaitu beladiri.

Kenapa mesti beladiri? Kalau temen-temen browsing atau tanya ke AI, jawaban generalnya ya paling untuk melindungi diri dan meningkatkan kepercayaan diri. Klasik, tapi ya bener banget. Tapi saya punya beberapa alasan pribadi:

  1. Jika dibandingkan dengan dua cabor yang saya sebutkan sebelumnya, beladiri ini seperti bidang keilmuan tersendiri, yang secara general (biasanya di beladiri tradisional) sifatnya berjenjang dan banyak teknik atau jurus yang mesti dipelajari di tiap tingkatannya. Hal-hal ini yang bikin saya gak pernah bosan karena selalu ada ilmu baru yang bisa dipelajari tiap kali latihan.
  2. Salah satu kebutuhan dasar 3P's sebagai laki-laki (Provide, PROTECT, Procreate). Ini bakal saya bahas di salah satu alasan saya latihan Libre di bawah nanti.
  3. Memang hobi aja. Preferensi pribadi lebih seneng olahraga yang kegiatannya praktis dan aplikatif di dunia nyata instead of olahraga berbasis game kayak bola, badminton, padel, etc.
  4. Salah satu wadah stress relieve setelah seharian kerja, serta penyaluran testosteron-ku yang menggebu-gebu di usia segini (if you know what i mean 👀)
  5. Punya ambisi menguasai berbagai macam beladiri dari masa remaja. Cuma dulu masih belum berpenghasilan. Sekalinya sudah kerja dan ada uang, belum ada waktu yang tepat alias sibuk kerja terus. Baru-baru ini saja saya ketemu sweet spot antara kesibukan kerja dan ekstrakurikuler di luar jam kerja. Semoga saja tidak ada keperluan kerja mendadak yang mengganggu jam latihan ku 😝

Background dan Testimoni

Sebagai background, saya memiliki pengalaman beladiri Taekwondo hingga sabuk Biru strip Merah (gak lanjut naik sabuk karena males hapalan gerakan Poomsae, hehe). Hasil latihan sejak kelas 2 SD kemudian sempat vakum ketika SMP-SMK, baru lanjut lagi ketika kuliah dan terakhir ikut Kyorugi (pertandingan 1v1) tahun 2018. Taekwondo ini beladiri yang bagus untuk melatih fleksibilitas, kelincahan serta speed khususnya untuk keahlian tendangan. Nilai plusnya adalah punya footwork yang lincah dan dinamis serta jarak serang menengah hingga jauh. Tendangannya yang meliuk-liuk nan flashy jadi keindahan tersendiri. Namun seiring bertambahnya usia, saya melihat banyak kekurangan di Taekwondo yang menurut saya krusial, beberapanya yaitu:

  1. Stance atau kuda-kuda yang selalu hands-down sehingga tidak melindungi kepala. Hal ini bisa dipahami karena serangannya didominasi oleh tendangan sehingga posisi tangan di bawah dilakukan untuk mempermudah pergerakan.
  2. Karena didominasi tendangan, sehingga teknik pukulan hampir tidak pernah dilakukan. Menurut saya ini jauh dari sisi kepraktisan mengingat tendangan Taekwondo menyasar ke badan dan ke kepala, serta sehari-hari kita tidak selalu memakai celana Dobok yang lebar, melainkan menggunakan celana jeans atau celana bahan. Hal ini membatasi pergerakan kita apabila sewaktu-waktu kita dihadapkan dengan kondisi yang mengharuskan kita untuk mengeluarkan teknik yang dipelajari selama ini.
  3. Semakin ke sini, latihannya hanya terprogram untuk menghadapi pertandingan Kyorugi dan terfokus hanya pada sisi sport saja. Menurut saya pribadi membuatnya menjadi semakin kehilangan esensinya sebagai beladiri sesungguhnya.

Berdasarkan alasan tersebut, saya coba eksplor beladiri lain untuk menutupi kekurangan saya. Setelah mencari-cari camp di sekitar rumah, ternyata yang paling umum ada yaitu Muay Thai. Tempat latihannya ada di gym dekat rumah, cuma berjarak ~2,5km dari rumah. Di sini saya belajar tidak hanya tendangan, tapi juga pukulan, elbow, knee, hingga sweep. Awalnya saya pikir karena saya sudah ada basic Taekwondo, mengikuti gerakan tendangan di Muay Thai akan lebih sama saja. Ternyata ada perbedaan mendasar antara tendangan Taekwondo dan Muay Thai. Jika di Taekwondo tendangannya kebanyakan mengandalkan speed dan snapping, di Muay Thai lebih mengandalkan power dan setiap tendangan seolah-olah menendang hingga menembus target.

Di Muay Thai saya merasa culture-nya lebih modern dan tidak berjenjang seperti beladiri tradisional pada umumnya. Jadi tidak ada sistem grading dengan sabuk. Skill seorang praktisi dinilai murni berdasarkan pengalaman latihan serta ikut kompetisi.

Setelah kurang lebih 2 tahunan berlatih rutin 2x seminggu, saya sudah cukup pede dengan proficiency stand up fighting saya dengan mengombinasikan variasi serangan pukulan dengan tendangan. Namun, kelebihan terbesar yang sekaligus menjadi kekurangan terbesarnya (menurut preferensi saya pribadi) adalah teknik-teknik yang diajarkan benar-benar menyakitkan. Salah satunya adalah teknik elbow, yang apabila terkena wajah, terutama mata, luka yang dihasilkan tidak main-main. Saya pernah diceritakan coach saya ada atlet yang terkena elbow di bagian mata dan mesti operasi hingga ratusan juta. Sesuatu yang menurut saya not worth the risk dibanding dengan prize yang didapat dari suatu pertandingan. Apalagi bagi saya yang bukan atlet profesional dan hanya sebagai hobbyist saja.

Proses eksplorasi terus berlanjut, hingga saya menemukan channel YouTube Pribadi Baja, yang membahas seputar berbagai macam beladiri yang membuka camp latihan di Indonesia. Sebagian besar beladiri yang sedang saya ikuti latihannya saat ini diliput juga dari channel tersebut. Next, kita bahas 5 beladiri apa saja yang saya ikuti


From Striking to Grappling, until Weapon

Berkaca dari background beladiri saya yang hanya striking atau standup fighting, saya merasa masih nol di grappling alias ground fighting. Tidak hanya itu, agar skillset saya lebih "all-rounder", keahlian menggunakan senjata alias weapon fighting juga diperlukan agar tidak "mati gaya" ketika musuh bawa senjata.

Dari berbagai macam camp beladiri, saya fokus mencari yang camp nya berada di sekitar area Jabodetabek (terutama Jakarta dan Bekasi). Usut punya usut, ternyata ada camp beladiri di Bekasi yang menyediakan latihan paket lengkap MMA, Kudo untuk striking (Selasa, 20:00 WIB), dan Brazilian Jiujitsu (BJJ) untuk grappling (Kamis, 20:00 WIB). Untuk weapon fighting, saya ikut latihan Libre (Sabtu, 11:00 WIB & Senin, 20:00 WIB) dan Arnis (Sabtu, 09:30 WIB) yang camp-nya berlokasi di Tangerang. Selain itu, karena saya suka nonton film dan anime serta main game bertema samurai, saya ikut latihan Iaido dengan aliran Muso Shinden Ryu (Minggu, 08:00 WIB), yang kebetulan juga camp-nya ada di Bekasi. Sekarang, yuk kita bahas satu-satu!

Kūdō (空道)

Kudo, atau lengkapnya Daidojuku Kudo, merupakan beladiri mirip seperti Karate, tapi hybrid dan modern. Semua teknik halal digunakan di sini, mulai dari pukulan, tendangan, elbow, knee, hingga bantingan dan kuncian. Enaknya di Kudo, meski berjenjang sabuk, tapi tidak ada hapalan Kata sebagai prasyarat untuk kenaikan sabuk. Hanya kihon dan sparring dengan partner untuk menguji penguasaan teknik. Berikut belt system di Kudo:

Selain itu, istilah tekniknya mostly sudah menggunakan bahasa Inggris (e.g Jab, Straight, Uppercut, Hook), tidak lagi menggunakan istilah bahasa Jepang, sehingga lebih mudah mempelajarinya. Saya tidak akan membahas secara detil soal Kudo (serta semua beladiri yang saya latih) dan sejarahnya, tapi lebih ke kenapa saya ikut ini.

Tadi di Muay Thai kan ada elbow, dan katanya gamau kena muka, lah di Kudo juga ada elbow, sama aja dong?

Nah, uniknya dari Kudo adalah, setiap sparring, kita pakai headguard dengan lapisan acrylic yang melindungi seluruh wajah seperti di bawah ini.

Contoh headguard Kudo yang saya pegang

Jadi wajah tetep aman jika kena pukul atau tendang. Terlebih lagi buat yang muslim, terdapat Hadist larangan memukul wajah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إذا ضرَب أحَدُكم فليتَّقِ الوَجْهَ

“Jika kalian memukul, maka jauhi wajah (kepala).” (HR. Abu Daud no. 4493)

Hal tersebut karena kepala adalah bagian tubuh yang terhormat dan banyak organ sensitif yang berada di area wajah.


Sumber: https://muslim.or.id/90420-aturan-memukul-dalam-islam.html

Maka dari itu, Kudo adalah beladiri yang cocok banget buat yang mau skillset striking-nya lengkap tapi tetep menjaga safety.

Alasan lainnya saya latihan Kudo adalah, saya tetep mau beladiri modern yang menjunjung tinggi nilai-nilai Bushido. Jadi Kudo udah cocok banget lah buat saya dengan sedikit adaptasi karena sudah punya basic Muay Thai/Boxing/Kick Boxing.

Berikut sedikit cuplikan latihan serta sparring Kudo saya:

0:00
/1:05
0:00
/0:26
0:00
/0:30

Punching sandbag

0:00
/0:29

Anyway, berhubung saya masih sabuk putih, jadi teknik yang diizinkan hanyalah striking, belum boleh throwing dan grappling.

Bagi yang tertarik lebih lanjut, bisa tonton video berikut:

Brazilian Jiu-Jitsu (BJJ)

Jago striking akan sia-sia jika gelagapan ketika dibanting dan dipiting, BJJ adalah solusinya. Seperti yang dikutip dari wikipedia berikut:

"Brazilian jiu-jitsu revolves around the concept that a smaller, weaker person can successfully defend themselves against a bigger, stronger opponent by using leverage and weight distribution, taking the fight to the ground and using a number of holds and submissions to defeat them."

FYI, dengan TB ~180 cm dan BB 84-85 kg (selengkapnya di body measurement saya di bawah), akan sangat memalukan apabila saya dikalahkan oleh lawan yang bertubuh lebih kecil dibanding saya.

Sensei BJJ saya pun berkata bahwa postur tubuh saya lebih cocok jadi pegulat karena massa ototnya banyak. Selain itu, BJJ yang pada dasarnya masih serumpun dengan gulat dalam kategori grappling, merupakan salah satu dari 6 olahraga yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW (Berenang, Memanah, Berkuda, Lari, Jalan Kaki, Gulat), sehingga insyaAllah terdapat nilai ibadah karena mengikuti sunnah Rasul.

Tapi pada hakikatnya, esensi dari latihan BJJ itu menurut saya jauh lebih dalam dibanding hanya sekadar perkara menang atau kalah. Lebih dari itu, mengajarkan saya untuk tetap tenang ketika berhadapan dengan situasi di bawah tekanan. BJJ bagaikan human chess, yang justru lebih membutuhkan battle IQ yang cerdas dibandingkan hanya mengandalkan bruteforce. Makanya punya badan yang gede dan berotot besar kemungkinan kalah lawan yang badannya lebih kecil, kalau gak tau tekniknya.

0:00
/0:20

Video di atas adalah kutipan dari salah satu anime fighting kesukaan saya, Kengan Ashura S1 Part 2 Episode 8 (Ōkubo Naoya vs Kanō Agito). Dikatakan bahwa skill grappling seseorang adalah 100% murni dari effort-nya. Amatiran yang gak penah secara proper latihan striking (boxing, muay thai, etc) masih ada probabilitas meng-KO-kan orang yang latihan proper dengan lucky blow (pukulan random yang tidak sengaja terkena). Lain cerita dengan grappling, seseorang gak bisa asal-asalan untuk benar-benar takedown, memiting, membanting, atau mengunci lawan. Mesti tau tekniknya. Kalau gak pernah latihan sama sekali, 0% kemungkinan bisa selamat, pasti gelagapan dan panik ketika dipiting lawan.

Satu hal yang saya sadari setelah ikut BJJ, yang juga merupakan beladiri berjenjang dengan sistem grading belt, adalah jenjang antar warna terasa sangat lama. Butuh waktu setidaknya 3-4 tahun bagi yang mulai dari 0 untuk naik ke sabuk biru dari sabuk putih. Hal itu menjadikan skill gap nya terasa sangat jauh, sehingga harus benar-benar sabar dan konsisten berlatih dan ikut kompetisi. Tapi gapapa, yang penting bagi saya adalah menikmati prosesnya dan tidak ada hapalan jurus-jurus untuk naik belt HAHAHA.

Hal-hal tersebutlah yang memotivasi saya untuk berlatih BJJ ini.

Berikut cuplikan latihan serta sparring/rolling BJJ saya:

0:00
/0:20

0:00
/0:26
0:00
/0:45
0:00
/0:35
0:00
/0:07

Libre Fight System

Bayangkan situasi seperti ini: ada 2 orang datang ke rumahmu, gelagat mereka buruk, punya niat jahat ingin menyakiti kamu dan keluarga kamu. Singkat cerita, kamu tidak bisa melawan, keluargamu semuanya dibunuh, sisa dirimu. Apa yang kamu lakukan? Ada beberapa opsi:

  1. Lari, menyelamatkan diri
  2. Pasrah, bunuh aja saya
  3. Lawan mereka meski keluargamu sudah dibunuh

Laki-laki sejati pasti akan memilih opsi ketiga, tapi itu semua sudah terlambat. Ada opsi keempat, yaitu: begitu mereka sudah melangkahkan kaki ke teritori kita dengan itikad buruk, kita bisa eskalasi dengan melakukan tindakan lebih dahulu, sebelum mereka melakukan sesuatu buruk ke kita dan keluarga kita.

Loh, kalau kita yang bunuh duluan, kena pidana dong?

Menurut hukum, perbuatan pembelaan darurat atau pembelaan terpaksa (noodweer) diatur dalam Pasal 49 KUHP, yang terdiri dari dua ayat: Pasal 49 ayat (1) KUHP mengenai pembelaan terpaksa yang sah, dan Pasal 49 ayat (2) KUHP mengenai pembelaan terpaksa yang melampaui batas (noodweer exces). Pasal ini menyatakan bahwa seseorang tidak dipidana jika melakukan pembelaan terpaksa untuk membela diri sendiri atau orang lain, kehormatan kesusilaan, atau harta benda, karena adanya serangan atau ancaman serangan yang melawan hukum dan bersifat seketika.

Tidak seperti di beladiri lainnya yang mindset nya self-defense, Libre menanamkan mindset ketika eskalasi situasi sudah sedemikian rupa sehingga pilihannya cuma 2: antara lo atau gue yang mati. Maka dari itu, mindset yang ditanamkan adalah Ofensif dan Agresif, dengan fundamental training:

PRe-ACT (Pola pikir-Realistis-Akurasi-Cepat-Terlatih)

  • Pola pikir: atau bisa disebut juga mindset. Menganut pola pikir yang Agresif tapi Terukur dengan Predator Mindset, di mana situasi yang kita hadapi sudah bukan situasi normal, yaitu situasi antara hidup dan mati. Seberapa cepat kita mengantisipasi situasi tersebut, semakin tinggi chance kita untuk selamat.
  • Realistis: skenario yang digunakan ketika berlatih selalu berdasarkan referensi dari kejadian-kejadian yang sebenarnya. Contoh: terlalu percaya diri mampu menghadapi lawan di situasi tertentu yang tidak masuk akal, penggunaan senjata dengan tidak semestinya, memainkan senjata saat dalam situasi tempur, atau teknik antisipasi yang terlalu mementingkan keindahan bukan ke efektifitasnya, juga reaksi dan gestur lawan pada saat target serangan awal mengenainya.
  • Akurasi: mengutamakan akurasi target untuk mendapatkan kecepatan dan presisi pada sasaran. Gerakan yang sama akan diulang berkali-kali ketika latihan dengan tujuan untuk membentuk muscle memory pada praktisi Libre.
  • Cepat: setelah gerakan akurat, kecepatan perlu dibentuk sesuai pada pola target yang terukur baik itu timing ataupun footwork. Ketika sudah pegang senjata, tidak perlu power yang besar, bahkan anak kecil pun jika bawa pisau sudah cukup untuk membunuh orang dewasa tanpa perlu tenaga yang besar. Ketika 2 orang berlawanan menggunakan pisau, yang selamat adalah siapa yang gerakannya paling cepat, bukan paling bagus.
  • Terlatih: praktisi dengan jam terbang yang terus menerus terasah secara konsisten akan mengalahkan orang yang berbakat tapi malas berlatih.

Menariknya, prinsip dan mindset Libre ini kebetulan align dengan profesi saya sebagai Offensive Cyber Security, di mana saya diharuskan untuk berpikir selangkah di depan threat actor atau hacker jahat. Predator Mindset di Libre mirip dengan Adversary Mindset, di mana untuk melindungi suatu aset, profesi saya mengharuskan untuk berpikir bagaimana cara hacker melakukan aksinya, mencari titik lemah suatu sistem, dan mengeksploitasinya lebih dulu sebelum hacker jahat bekerja dengan tujuan akhir mengamankan sistem yang dimiliki oleh klien. Jika di pekerjaan saya mostly berkutat dengan keamanan digital, maka di Libre saya harus membekali skill untuk keamanan fisikal. Super duper keren!

Hal ini selaras dengan prinsip dasar 3P pada pria (Provide, PROTECT, Procreate) yang sudah saya bahas di section Motivasi sebelumnya.

Sensei saya pernah cerita, bahwa salah satu rekannya, pemegang Sabuk Hitam suatu disiplin beladiri, tak berdaya ketika dibegal oleh sekelompok kriminal. Pastinya mereka membawa senjata tajam, dong. Kemudian orang itu berhenti latihan dan menganggap sabuk hitamnya sia-sia karena tidak mampu melawan lawan yang membawa senjata tajam, meskipun pada situasi dan kondisi yang terkendali, orang ini mungkin lebih jago dalam fight tangan kosong. Apa daya, keahliannya menjadi tidak berguna di hadapan senjata tajam.

Saya gak bilang bahwa praktisi Libre sudah pasti menang melawan begal dengan senjata tajam, ya. Paling tidak, dengan Predator Mindset, praktisi Libre dapat meng-assess lingkungan sekitar dengan Situational Awareness, dan segera bertindak mengantisipasi pihak-pihak yang berniat jahat pada kita.

Alasan-alasan tersebut lah yang memotivasi saya untuk berlatih Libre. Karena percuma saja jika pemegang sabuk hitam di cabor beladiri striking dan grappling, namun tidak berkutik di hadapan orang yang bahkan tidak pernah sekalipun berlatih beladiri namun membawa senjata tajam. Paling tidak, kalaupun harus mati, saya mau mati terhormat dengan perlawanan dalam rangka melindungi kehormatan diri, keluarga, dan harta benda yang dimiliki.

Berikut cuplikan latihan Libre saya:

0:00
/0:22
0:00
/0:10
0:00
/0:04

Motto Libre adalah "Knife is not the weapon", pisau hanyalah tools, kitalah senjatanya 🔪

Buat yang tertarik lebih lanjut, bisa tonton video berikut:

Arnis

To be honest, saya daftar membership Arnis di gym yang sama dengan tempat latihan Libre saya, juga dilatih dengan coach yang sama. Awalnya saya gak tau ada Arnis di gym tersebut, namun rekan latihan saya sebagian latihan Arnis juga, jadi saya terpengaruh sehingga langsung daftar ke resepsionis untuk membership-nya. Tapi sebelumnya saya memang sudah sempat tau ada beladiri tersebut, salah satunya dari video berikut:

Beladiri dari Filipina ini mirip Silat, namun menggunakan tongkat dengan panjang ~70 cm sebagai senjata utamanya. Kebetulan saya sudah punya tongkat baton dan lebih dahulu coba-coba teknik Arnis dari YouTube, tapi baru kali ini kesampaian latihan proper dari coach-nya langsung.

Tongkat ini sebenarnya hanyalah media latihan, namun teknik-teknik yang digunakan pada nyatanya bisa digantikan menggunakan senjata tajam seperti golok atau parang. Sampai artikel ini dibuat, sejujurnya saya belum terlalu paham nama-nama tekniknya (karena pakai bahasa Tagalog 😅). Jadi saya masih menikmati proses latihannya saja. Tongkatnya bisa dibeli bebas di marketplace dengan range harga IDR 50k - 60k saja.

Jika situasi pertarungan pada Libre adalah short range, pada Arnis jangkauannya bisa hingga middle range, sehingga lebih jauh dibandingkan menggunakan pisau kecil. Latihannya menggunakan double stick atau single stick, tergantung materi yang sedang dilatih. Cukup praktis juga digunakan dengan baton besi yang saya miliki, bisa sewaktu-waktu digunakan berhubung bentuknya bisa digulung dan dimasukkan ke dalam tas.

0:00
/0:08

Berikut cuplikan latihan saya:

0:00
/0:18

Iaido (Muso Shinden Ryu)

Beladiri ini bisa saya bilang memiliki tempat khusus di hati saya, karena sudah sekian lama hobi banget sama dunia per-katana-an, akibat sering nonton anime, film, dan main game bertemakan Samurai seperti Rurouni Kenshin, Demon Slayer, Ghost of Tsushima, dan lain sebagainya. Sekitar 2 tahun ke belakang saya cari-cari dojo tempat berlatih pedang dari berbagai aliran, namun sayangnya jauh dari rumah. Sempat ketemu dojo Mugai Ryu tapi semuanya terletak di Jawa Timur. Akhirnya saya putuskan berlatih otodidak dulu dari YouTube, ketemu channel bagus yang sharing seputar dunia katana, Let's Ask Shogo, dan akhirnya coba beli katana budget berbahan Strip Steel dari West Steel. Setelah mempelajari teknik-teknik dasar seperti batto (drawing sword) dan noto (sheating sword) serta ayunan pedang dasar, saya mulai coba Tameshigiri (test cutting) menggunakan botol air mineral. Saya coba dokumentasikan di Instagram saya.

Singkat cerita, ketika sedang asyik doomscrolling story di Instagram, tiba-tiba lewat Ads dojo sekaligus toko jualan katana, yaitu Miyamoto Dojo. Saya kaget begitu tau lokasinya ada di Bekasi, kenapa selama ini gak ketemu ya. Tau banget ini segmen marketnya saya, bisa kebetulan muncul gitu di Instagram saya hahaha. Tanpa berpikir panjang, saya langsung DM adminnya dan berlanjut ke WA untuk bertanya-tanya seputar katana dan latihan dojo. Akhirnya saya langsung data latihan, dan beli Iaito (pedang tumpul Iaido) serta Gi & Hakama (seragam latihan).

Namun ketika latihan, Senseinya langsung wanti-wanti saya karena Iaido ini latihannya "membosankan", apalagi bagi anak muda seperti saya. Belajar dari pengalaman sebelumnya banyak yang mundur latihan karena tidak seperti ekspektasi yang langsung belajar bertarung dengan pedang. Di sini mostly pesertanya bapak-bapak dan harus mulai dari latihan dasar, yaitu Seitei (mirip seperti Kata di Karate). Terdapat 12 Seitei Iaido yang merujuk pada standard internasional ZNKR/AJKF (Zen Nippon Kendō Renmei/All Japan Kendo Federation). Detail gerakannya bisa dilihat di video berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=gf2Q5vl0zkY&list=PLADEG93A1y9pxNdKvF6t8Q8Bfj3HvFHMN

Untungnya, I did my research before, jadi gak kaget dan masih sesuai ekspektasi. Kalau di awal saya selalu menghindari beladiri yang ada hapalan jurusnya, untuk Iaido ini pengecualian, hehe.

Latihan biasanya diawali dengan berbagai macam basic Suburi (ayunan pedang), disusul dengan hapalan Seitei, seperti video berikut:

0:00
/0:21

Gak hanya itu, adanya juga Kenjutsu dengan Boken (pedang kayu), serta strength training dengan Suburi-to seberat 4-8 kg untuk membiasakan tangan dengan beban katana sungguhan.

0:00
/0:25
0:00
/0:26

Kemudian ada juga Tanren Uchi, yaitu drill atau hardening striking, yang juga salah satu dari strength training untuk melatih tenaga ketika mengayun pedang sungguhan.

0:00
/0:26

Saya mau upload video Seitei saya, cuma belum pede karena gerakannya belum terlalu bagus. Next time deh menyusul videonya. Mumpung sudah ada Hakama juga hehehe.

Selain itu ada juga latihan yang saya suka, Tameshigiri, latihan motong pakai Shinken, alias katana beneran yang tajam. Biasanya kita motong tatami yang udah direndem air, soalnya teksturnya mirip banget sama tubuh manusia. Dulu para samurai latihan motong pakai mayat beneran, tapi karena nggak bisa dilakukan lagi, sekarang kita ganti pakai tatami. Ini saya belum pernah nyobain sampai artikel ini dibuat, nanti kalau sudah coba, saya update videonya di sini ya.

Yang terakhir ada Gekiken, mode latihan yang ditunggu-tunggu, yaitu duel pedang. Menggunakan pedang busa for safety reason, praktisi Iaido mengeluarkan hasil latihannya selama ini. Ini juga saya belum coba nih, will be updated soon lah ya.

Penutup

Begitulah keseruan cerita saya dalam eksplorasi berbagai macam beladiri. Total ada 5 cabor yang saya latih dalam satu minggu. Capek sih, tapi seru! Tiap hari selalu ada aja ilmu baru yang dipelajari. Semoga menginspirasi buat temen-temen yang sekiranya mau olahraga tapi bosen sama olahraga mainstream. Tapi intinya, apapun olahraganya, harus dibarengi dengan 2 pondasi: strength training dan cardio. Bisa dalam bentuk gym/calisthenic/home workout untuk strength training, serta bisa lari/renang/sepeda untuk cardio. Kedua itu mandatory banget untuk meminimalisir risiko cedera, mengurangi keluhan pegel-pegel karena otot sudah terbiasa dengan tekanan, serta memperpanjang stamina dan napas ketika olahraga. Setelah pondasi itu rutin kamu lakukan, baru deh olahraga apapun yang kamu sukai. Sekian, salam olahraga! Oss! 💪✊🥋🔥